20 Januari 2009

League, Dapatkah Menjadi Solusi Berca?

League, berarti liga atau persatuan, belakangan terlihat melengkapi deretan merek sepatu sport di beberapa mal dan pusat perbelanjaan besar, seperti Citos, Pusat Niaga PRJ, Plaza Blok M, Mal Puri Indah dan Mal Taman Anggrek. Merek sepatu baru ini, walaupun nama dan modelnya seperti produk dari luar negeri, sungguh merupakan produk dalam negeri. Diproduksi PT Berca Sportindo (Grup Berca) dan diluncurkan Februari 2004, League sengaja diposisikan sebagai produk sepatu dalam negeri berkualitas internasional.

Untuk menggodok proyek peluncuran League, Grup Berca tak main-main. Sejak April 2003, Hartati Murdaya, pemilik grup ini, mengumpulkan jago-jago sepatu yang dimilikinya dan meminta mereka membuat konsep produk baru. Pembuatan konsep selesai dalam dua bulan. Lalu diputuskan, konsep League adalah paduan antara sport (60%) dan gaya hidup (40%). Dari sisi harga, di atas harga merek lokal tetapi di bawah merek internasional (Adidas, Nike, Fila, dll). "Masih ada perbedaan harga antara merek lokal dan merek global yang bisa dibidik," tutur Billy. Lalu, dari citra merek yang hendak dituju, League diharapkan punya keunikan.

Leauge membidik usia 18-25 tahun, khususnya mahasiswa dan eksekutif muda. Soal bahan baku, 60% lokal dan dan impor 40%. Dijelaskan Billy, sampai saat ini pihaknya lebih banyak melakukan pemasaran grass road underground. Misalnya, mensponsori kegiatan olah raga di SMU dan perguruan tinggi tertentu. Kendati produknya sudah tersedia di pusat perbelanjaan besar, Kami lebih banyak melakukan below the line, karena belum siap masuk pasar lokal secara menyeluruh, ujar Billy. Ia yakin, jika League berhasil di luar negeri, pasar Indonesia pasti akan menerimanya.

Jahja B. Soenarjo, Mitra Pengelola Direxion Consulting, melihat kekuatan Grup Berca adalah pada jaringan ritel sepatu sportnya dan pengalamannya membuat sepatu Nike. Namun menurut Jahja, untuk pasar luar negeri, persoalannya tak sederhana karena membangun merek sendiri tak mudah. "Pasar sepatu sport dan fashion sangat kompetitif. Butuh terobosan yang kuat untuk membangun komunitas, dan melakukan kegiatan below the line (khususnya) dan above the line, agar mendorong target pasarnya membeli untuk yang pertama kali. Promosinya harus berani dan kontinyu," katanya menganalisis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar